Minggu, 19 Mei 2013
Tugas Softskill 1
RUANG
LINGKUP ILMU EKONOMI
Definisi
Ilmu Ekonomi
Ilmu
ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan
antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.
Metologi
Ekonomi
Metologi
ekonomi adalah studi tentang metode, biasanya metode ilmiah, dalam kaitannya
dengan ekonomi, termasuk prinsip-prinsip ekonomi yang mendasari penalaran.
Istilah 'metodologi' juga biasa, meskipun tidak tepat, digunakan sebagai sinonim
untuk mengesankan metode. Sebaliknya, metodologi adalah studi tentang metode.
Banyak
dari masalah-masalah umum yang timbul dalam metodologi ilmu-ilmu alam juga
berlaku untuk ekonomi. Terkait atau hal lain termasuk:
- Definisi
ekonomi
- Lingkup
ekonomi sebagaimana didefinisikan oleh metode
- Status
ilmiah ekonomi
- Prinsip
dasar dan operasional signifikansi teori ekonomi
- Diduga
berbuah dan prediksi vs realistis asumsi penyederhanaan aspek, seperti pilihan
rasional dan memaksimalkan keuntungan.
- Metodologis
individualisme versus holisme dalam teori ekonomi
- Keseimbangan
empiris dan apriori pendekatan
- Analisis
formalisasi dan metode aksiomatik dalam ilmu ekonomi
- Pembatasan
dan penggunaan metode eksperimental
- Analisis
teori dan praktek ekonomi kontemporer.
MASALAH
POKOK EKONOMI
Menurut
Aliran Klasik
Masalah
pokok ekonomi sudah ada sejak dulu dan tetap hingga sekarang. Berikut ini kita
akan membahas masalah pokok ekonomi yang telah muncul sejak manusia hidup
berkelompok atau bermasyarakat berdasarkan tinjauan ekonomi klasik dan ekonomi
modern.Ekonomi klasik diwakili oleh ADAM SMITH. Menurut ilmu ekonomi klasik,
masalah pokok ekonomi masyarakat dapat digolongkan kepada 3 permasalahan
penting yaitu masalah produksi,masalah distribusi, dan masalah konsumsi.
1.
Masalah Produksi
Untuk
mencapai kemakmuran, baranng-barang kebutuhan harus tersedia ditengah
masyarakat, karna masyarakat sangat hitrogen, maka barang-barang yang
tersediapun beragam jenisnya sehingga muncul permasalahan bagi produsen, yaitu
barang apa saja yang harus diproduksi.
2.
Masalah Distribusi
Agar
barang atau jasa yang di hasilkan dapat sampai kepada orang yang tepat,
dibutuhkan sarana dan prsarana distribusi yang baik.
3.
Masalah Konsumsi
Barang
hasil produksi yang telah didistribusikan kpd masyarakat idialnya dapat dipakai
atau dikonsumsi oleh masyarakat yang tepat dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang tepat pula.
Menurut
Aliran Modern
Para
ahli ekonomi modrn sepakat bahwa dengan sumberdaya yang tersedia, paling
sedikit ada 3 masalah pokok yang dihadapi setiap perekonomian yang harus
dipecahkan oleh masyarakat sebagai subjek ekonomi.
Sabtu, 18 Mei 2013
Tiratana (Tiga Mustika)
1.
Buddha Ratana (Mustika Buddha)
Sang
Buddha adalah Guru Suci Junjungan kita, yang telah mampu memberikan
pelajaran-Nya kepada umat manusia dan para dewa untuk mencapai kebebasan mutlak
atau Nibbana.
2.
Dhamma Ratana (Mustika Dhamma)
Sang
Dhamma adalah Pelajaran Guru Suci Junjungan kita Sang Buddha yang menunjukkan
umat manusia dan para dewa ke jalan yang benar, terbebas dari kejahatan, dan
membimbing mereka mencapai Nibbana.
3.
Sangha Ratana (Mustika Sangha)
Sang
Sangha adalah Persaudaraan Bhikkhu Suci yang telah mencapai tingkat-tingkat
kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Anagami, Arahat), sebagai pengawal dan
pelindung Dhamma, dan mengajarkan Dhamma kepada orang lain untuk ikut
melaksanakannya sehingga mencapai Nibbana.
Kebajikan
Sang Budha
a.
Araham (manusia suci yang terbebas dari kekotoran batin).
b.
Sammasmbuddho (manusia yang mencapai Penerangan Sempurna dengan kekuatan
sendiri).
c.
Vijjacaranasampanno (manusia yang mempunyai Pengetahuan Sempurna dan
melaksanakannya).
d.
Sugato (Yang Terbahagia).
e.
Lokavidu (manusia yang mengetahui dengan sempurna keadaan setiap alam).
f.
Anuttaro purisadammasarathi (Pembimbing umat manusia tanpa bandingannya).
g.
Satthadeva maussanam (Guru Suci Junjungan para dewa dan manusia).
h.
Buddho (Pembangun kebenaran).
i.
Bhagava (Junjungan).
Kebajikan
Sang Dhamma
a.
Svakkhato Bhagavata Dhamma (Dhamma adalah Ajaran Sang Buddha yang sempurna).
b.
Sanditthiko (pelaksana yang melihat kesunyataan dengan kekuatan sendiri).
c.
Akaliko (terbebas dari keadaan dan waktu).
d.
Ehipassiko (mengundang datang memeriksa).
e.
Opanayiko (patut dilaksanakan).
f.
Paccatam Veditabbo Vinnuhi (dapat diselami oleh para Bijaksana dalam batinnya).
Kabajikan
Sang Sangha
a.
Supatipanno Bhagavato Savaka Sangho (Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang
melaksanakan Dhamma Vinaya secara sempurna).
b.
Ujupatipanno (Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang berkelakuan jujur).
c.
Nayapatipanno (Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang berjalan di jalan
yang benar (yang menuju Nibbana)).
d.
Samicipatipanno (Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang penuh tanggung
jawab dalam tindakannya).
e.
Ahuneyyo (Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang patut diberikan
persembahan).
f.
Pahuneyyo (Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang patut diterima (diberikan
penginapan dll)).
g.
Dakkhineyyo ( Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang patut diberikan dana).
h.
Anjalikaraniyo ( Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang patut dihormati).
i.
Anuttaram punnakkhettam lokassa (Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang
mempunyai jasa tiada taranya bagi dunia ini).
Sumber
: Buku Vijja Dhamma
Pokok-Pokok Ajaran Sang Buddha Gautama
Agama
Buddha yang oleh umat Buddha dikenal dengan Buddha Dhamma, bersumber pada
kesunyataan yang diungkapkan oleh Sang Buddha Gautama lebih dari 2,500an tahun
yang lalu, menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang, dan oleh
karenanya dapat membebaskan manusia dari ketidaktahuan (avijja) dan penderitaan (dukkha).
Dalam
sejarah perkembangan agama Buddha, telah timbul berbagai mazhab dan sekte, yang
paling berbeda dalam cara masing-masing menafsirkan segi-segi tertentu dari
ajaran Sang Buddha, namun semuanya memiliki landasan-landasan pokok dan tujuan
yang sama, yang bersumber pada ajaran Sang Buddha Gautama. Perbedaaan yang
terdapat adalah titik berat dan penekanan, tafsiran serta pengembangan falsafah
dari pada landasan-landasan pokok tersebut.
Landasan-landasan
dalam Agama Buddha yaitu :
1.
Tiratana (Tiga Mustika)
2.
Tilakhana (Tiga Corak Umum)
3.
Cattari Ariya Saccani (Empat Kesunyataan Suci)
4.
Kamma dan Patisandhi/ Punabbhava (Hukum Kamma dan Tumimbal Lahir)
5.
Patticcasamupadda (Hukum Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan)
6.
Nibbana (Kebahagiaan Tertinggi)
Inti Ajaran Buddha Gautama
TIGA
NASEHAT SANG BUDDHA (OVADA 3) YAITU :
SABBAPAPASSA
AKARANAM : tidak berbuat jahat (singkatan dari Vinaya Pitaka).
KUSALASSA
UPASAMPADA : berbuat hanya untuk kebaikan (singkatan dari Sutta Pitaka).
SACITTAPARIYO
DAPANAM : sucikan hati dan pikiran (singkatan dari Abhidhamma Pitaka).
Inti
pati ajaran ini disabdakan oleh Sang Buddha Gautama pada waktu Magha Puja di
Vihara Veluvanarama di Kota Rajagaha di hadapan 1,250 siswa beliau yang telah
mencapai Arahat.
3
AKAR KEJAHATAN (AKUSALA MULA 3)
a. LOBHA
Secara
etika berarti ketamakan, dan secara psikologis berarti terikatnya pikiran oleh
objek-objek.
Inilah
yang disebut Tanha (keinginan), kadang disebut kama atau nafsu indera (hawa
nafsu)
b. DOSA
Secara
etiak berarti kebencian, dan secara psikologis berarti pukulan yang berat dari
pikiran terhadap objek, yaitu pertentangan atau konflik.
Mengenai
ini terdapat 2 macam nama, yaitu Patigha (dendam atau tidak senang) dan Byapada
(kemauan jahat).
c. MOHA
Berarti
kebodohan batin atau kurang pengertian.
Disebut
Avijja (tidak tahu), atau Annana (tidak berpengetahuan), atau Adassana (tidak
nampak/ mengerti).
AKIBAT
DARI AKUSALA MULA 3, YAITU :
-YEBHUYYAYENA
HI SATTA TANHAYA PETTIVISAYAM UPPAJJANTI
(semua
mahluk sebagian besar dilahirkan menjadi setan (peta) dan raksasa asura
(asurakaya) dengan kekuatan lobha.
-
DOSENA HI CANDAJATATAYA DOSASADISAM NIRAYAM UPPAJJANTI
(semua
mahluk dilahirkan di alam neraka (niraya) dengan kekuatan Dosa).
-
MOHENA HI NICCASAMMULAHAM TIRACCHANAYONIYAM UPPAJJANTI
(semua
mahluk yang dilahirkan menjadi binatang (tiracchanayoni) dengan kekuatan Moha).
3
AKAR KEBAIKAN (KUSALA MULA 3)
a. Alobha (tidak tamak)
b. Adosa (tidak benci)
c. Amoha (tidak bodoh)
Untuk
menimbulkan Kusala Mula 3, kita wajib mengembangkan Dana (derma), Metta (cinta
kasih), dan Panna (kebijaksanaan).
AKIBAT
MELAKSANAKAN KUSALA MULA 3, YAITU :
-
Berbahagia lahir batin dalam kehidupan sekarang ini
-
Disenangi orang dan banyak kawan
-
Setelah meninggal dunia akan bertumimbal lahir di Sugati Bhumi.
10
PERBUATAN JAHAT (AKUSALA KAMMA PATHA 10)
a. Kayaduccarita (kejahatan jasmani)
-
Panatipata (pembunuhan)
-
Adinadana (pencurian)
-
Kamesumicchacara (perzinahan)
b.
Vaciduccarita (kejahatan perkataan)
-
Musavadava (berdusta)
-
Pisunavaca (memfitnah)
-
Pharusavaca (bicara kasar)
-
Samphappalapa (omong kosong)
c.
Manoduccarita (kejahatan pikiran)
-
Abhijjha (nafsu loba)
-
Byapada (dendam)
-
Miccha ditthi (pandangan salah)
AKIBAT
DARI AKUSALA KAMMA PATHA 10 :
-
Bila bertumimbal lahir di alam manusia , maka akan mengalami :
Pendek
umur, berpenyakitan, miskin, dinista dan dihina, mempunyai banyak musuh, kurang
kecerdasan atau
Bertumimbal
lahir di alam Apaya (alam yang menyedihkan).
10
PERBUATAN BAIK (KUSALA KAMMA PATHA 10 )
a.
Kayasucarita (kebaikan jasmani)
-
Panatipata veramani (tidak membunuh)
-
Adinnadana veramani (tidak mencuri)
-
Kamesumicchacara veramani (tidak berzinah)
b.
Vacisucarita (kebaikan perkataa)
-
Musavada veramani (tidak berdusta)
-
Pisunaya vacaya veramani (tidak memfitnah)
-
Pharusaya vacaya veramani (tidak bicara kasar)
-
Samphappalapa veramani (tidak omong kosong)
c. Manosucarita (kebaikan pikiran)
-
Anabhijjha (tidak nafsu loba)
-
Abyapada (tidak dendam)
-
Samma ditthi (pandangan benar)
AKIBAT
DARI KUSALA KAMMA PATHA 10 :
-
Bila bertumimbal lahir di alam manusia , maka akan mengalami :
Panjang
umur,sehat, kaya raya, dipuja orang, mempunyai banyak kawan, pintar atau
Bertumimbal
lahir di alam Dewa/ Brahma.
Sumber
: Buku Vijja Dhamma
Tuhan YME Dalam Agama Buddha
Setiap
agama bersandikan KeTuhanan Yang Maha Esa, terlepas dari pengertian dan makna
yang diberikan oleh tiap-tiap agama terhadap Tuhan YME.
Demikian
pula agama Buddha, bersandikan KeTuhanan YME, setiap pemeluk sadar, percaya
adanya Tuhan YME.
Tuhan
adalah Yang Mutlak, Yang Tertinggi, Yang Maha Esa, dan akhir tujuan dari semua
mahluk.
Yang
Mutlak (Tuhan) dalam agama Buddha tidaklah dipandang sebagai suatu pribadi
(punggala adhitthana) yang kepada-Nya umat Buddha memanjatkan doa dan
menggantungkan hidupnya.
Agama
Buddha mengajarkan bahwa nasib, penderitaan dan keberuntungan manusia adalah
hasil dari perbuatannya sendiri di masa lampau, sesuai dengan Hukum Kamma yang
merupakan satu aspek Dhamma.
"Yang
Mutlak" adalah istilah falsafah, bukanlah istilah yang biasa dipakai dalam
kehidupan keagamaan (Tuhan YME).
Kepercayaan
terhadap Tuhan YME dalam agama Buddha kita dapatkan dari sabda-sabda Sang
Buddha Gautama, seperti yang dituliskan dalam Kitab Udana :
"Para
Bhikkhu, ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang
Mutlak. Para Bhikkhu, bila tak ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak
Tercipta, Yang Mutlak, maka tidak ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu,
karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak,
maka ada kemungkinan bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan
dari sebab yang lalu".
Untuk
memahami Yang Mutlak ini, seseorang harus mengembangkan pengertiannya, dari
pengertian duniawi (lokiya) sampai memperoleh pengertian yang mengatasi duniawi
(lokuttara), yang hanya dapat dicapai oleh insan yang sadar, yang telah
membebaskan diri dari cengkeraman kamma dan tumimbal lahir.
Pengertian
ini tidak dapat dimiliki oleh manusia yang batinnya masih dicengkeram oleh
keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kegelapan batin (moha).
Dalam
sebutan sehari-hari terhadap "Yang Mutlak", umat Buddha Indonesia
menggunakan istilah nasional yaitu, Tuhan YME.
Sumber
: Buku Vijja Dhamma
Otoritas Tertinggi Dalam Agama Buddha
Dalam
kerangka ajaran Sang Buddha Gautama, sejauh berhubungan dengan pembebasan dari
derita, tidak dikenal adanya "lembaga pemegang otoritas tertinggi".
Hal
ini dapat dibuktikan dalam sabda Sang Buddha Gautama yang terdapat dalam Kalama
Sutta dan Maha Parinibbana Sutta.
Hubungan
yang wajar dan sepatutnya antara umat awam dengan para Bhikkhu telah digariskan
dengan jelas oleh Sang Buddha Gautama dalam Sigalovada Sutta.
"Jangan
engkau menerima segala sesuatu hanya karena itu berdasarkan atas laporan,
tradisi, kabar angin, tertulis di dalam kitab-kitab suci ... atau hanya karena
hormat terhadap guru (pandita). Akan tetapi, bilamana engkau ketahui sendiri...
"hal-hal ini tidak baik, tercela, tidak dibenarkan oleh para bijaksana,
tidak sesuai untuk dilaksanakan, menimbulkan kerugian dan penderitaan, maka
engkau harus meninggalkannya ... bilamana engkau ketahui sendiri ...
"hal-hal ini baik, tidak tercela, dipuji oleh para bijaksana, sesuai untuk
dilaksanakan, membawa pada kesejahteraan dan kebahagiaan, maka terimalah
hal-hal itu dan laksanakanlah dalam hidupmu". ~Anguttara Nikaya I, 189.
Dalam
Maha Parinibbana Sutta (Digha Nikaya 16) antara lain dikatakan "apa yang
telah Kutunjukkan dan Kuajarkan (Dhamma Vinaya) inilah yang akan menjadi gurumu
setelah Aku tiada".
Hubungan
antara Bhikkhu dengan umat awam merupakan hubungan yang bersifat moral religius
semata-mata dan bersifat timbal balik sebagaimana dijelaskan Sang Buddha
Gautama dalam Sigalovada Sutta :
"Umat
awam hendaknya menghormati Bhikkhu dengan : membantu dan memberlakukan mereka
dengan perbuatan , kata-kata dan pikiran baik, membiarkan pintu terbuka bagi
mereka dan memberikan makanan serta keperluan yang sesuai dengan mereka.
Sebaliknya
para Bhikkhu yang mendapat penghormatan demikian mempunyai kewajiban terhadap
umat awam , yaitu : melindungi dan mencegah seseorang dari perbuatan jahat,
memberi petunjuk untuk melakukan perbuatan baik, mencintai mereka dengan hati
yang tulus, menerangkan ajaran yang belum didengar atau diketahui, menjelaskan
apa yang belum dimengerti, dan menunjukkan Jalan untuk menuju pembebasan".
Dengan
demikian, para Bhikkhu yang benar-benar menjalankan Dhamma Vinaya adalah
sahabat yang baik (Kalyana Mitta), yang sepatutnya mendapat pelayanan dan
penghormatan yang layak dari umat awam.
Sumber
: Buku Vijja Dhamma
Kitab Suci Agama Buddha
Kitab
Suci Agama Buddha terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1.
VINAYA PITAKA
2.
SUTTA PITAKA
3.
ABHIDHAMMA PITAKA
Oleh
karena itu, Kitab Suci Agama Buddha dinamakan TIPITAKA (dalam bahasa Pali) atau
TRIPITAKA (dalam bahasa Sanskerta).
1.
VINAYA PITAKA
Berisi
hal-hal yang berkenaan dengan para Bhikkhu dan Bhikkhuni, terdiri atas 3
bagian, yaitu :
a.
Sutta Vibhanga (Berisi peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni).
-
Bhikkhu Vibhanga berisi 227 peraturan yang mencakup 8 jenis pelanggaran, diantaranya
terdapat 4 pelanggaran yang menyebabkan dikeluarkan Bhikkhu dari Sangha dan
tidak dapat menjadi Bhikkhu lagi seumur hidup, yaitu berhubungan kelamin,
mencuri, membunuh atau menganjurkan orang lain bunuh diri, dan membanggakan
diri secara tidak benar tentang tingkat-tingkat kesucian atau kekuatan batin
luar biasa yang dicapai. Untuk 7 jenis pelanggaran lainnya akan ditetapkan
hukuman dan pembersihan sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang
bersangkutan.
-Bhikkhuni
Vibhanga berisi 311 peraturan hampir sama dengan Bhikkhu Vibhanga.
b.Khandhaka,
terbagi menjadi 2 kitab, yaitu Mahavagga dan Cullavaga
-
Mahavagga berisi tentang peraturan-peraturan dan uraian tentang penahbisan
Bhikhu, Upacara Uposatha pada bulan purnama dimana dibacakan Patimokkha (peraturan
disiplin untuk para Bhikkhu), peraturan tentang tempat tinggal selama musim
hujan (vassa), upacara pada akhir vassa (pavarana), peraturan mengenai jubah,
peralatan, obat-obatan dan makanan, pemberian jubah Khatina setiap tahun,
peraturan tentang Bhikkhu yang sakit, tidur, bahan jubah, tata cara
melaksanakan sanghakamma (upacara sangha) dan tata cara dalam hal terjadi
perpecahan.
-
Cullavaga berisi peraturan-peraturan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran,
tata cara penerimaan kembali Bhikkhu ke dalam sangha setelah melakukan
pembersihan atas pelanggarannya, tata cara untuk menangani masalah-masalah yang
timbul, berbagai peraturan mengenai cara mandi, mengenakan jubah, tempat
tinggal, peralatan, tempat bermalam, dsb, perpecahan-perpecahan kelompok
Bhikkhu, kewajiban-kewajiban guru (Acariya) dan calon Bhikkhu (Samanera),
pengucilan dari upacara pembacaan Patimokkha, penahbisan dan bimbingan bagi
Bhikkhuni, kisah mengenai Pasamuan Agung Pertama di Rajagaha, dan kedua di
Vesali.
c.
Parivara
Memuat
ringkasan dan pengelompokan peraturan-peraturan Vinaya, yang disusun dalam
bentuk tanya jawab untuk dipergunakan dalam pengajaran dan ujian.
2.
SUTTA PITAKA
Terdiri
dari 5 kumpulan buku, yaitu :
a.
Digha Nikaya
-
Merupakan buku pertama dari Sutta Pitaka.
-
Terdiri dari 34 sutta panjang.
-
Terbagi menjadi 3 vagga, yaitu Silakkhandavagga, Mahavagga, dan Pativagga.
Beberapa
sutta yang terkenal, yaitu :
-
Brahmajala Sutta (62 pandangan salah).
-
Samannaphala Sutta (menguraikan buah kehidupan pertapa).
-
Sigalovada Sutta (patokan-patokan penting dalam kehidupan sehari-hari umat
berumah tangga).
-
Mahasitimatthana Sutta (tuntunan untuk meditasi Pandangan Terang/ Vipassana).
-
Mahaparinibbana Sutta (mengenai hari-hari terakhir Sang Buddha Gautama).
b.
Majjhima Nikaya
-
Buku kedua dari Sutta Pitaka, memuat khotbah-khotbah menengah.
-
Terdiri dari 3 bagian (pannasa), yaitu : 2 pannasa pertama (masing-masing 50
sutta), dan yang terakhir (52 sutta).
Beberapa
Sutta diantaranya :
-
Ratthapala Sutta
-
Vasettha Sutta
-
Angulimala Sutta
-
Anapanasati Sutta
-
Kayagatasati Sutta dsb
c.
Anguttara Nikaya
-
Buku ketiga dari Sutta Pitaka
-
Terbagi menjadi 11 nipata (bagian) dan meliputi 9,557 sutta (disusun
berdasarkan nomor).
d.
Samnyutta Nikaya
-
Buku keempat, memuat 7,762 sutta.
-
Dibagi menjadi 5 vagga utama, 56 bagian yang disebut Samnyutta.
e.
Khuddaka Nikaya
-
Buku kelima, terdiri atas 15 kitab.
3.
ABHIDHAMMA PITAKA
Berisi
uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara analitis, mencakup berbagai
bidang, seperti : ilmu jiwa, logika, etika, dan metafisika.
Terdiri
dari 7 jilid buku (pakarana), yaitu :
a.
Dhammasangani (menguraikan etika dilihat dari sudut pandang jiwa).
b.
Vibhanga (menguraikan apa yang terdapat dari buku Dhammasangani dengan metode
berbeda, dibagi menjadi 8 bab, dan masing-masing bab mempunyai 3 bagian,
Suttantabhajaniya, Abhidhammabhajaniya, dan Pannapucchaka atau daftar-daftar
pertanyaan).
c.
Dhatukatha (menguraikan unsur-unsur batin, dibagi menjadi 14 bagian).
d.
Puggalapannatti (menguraikan tentang watak-watak manusia (puggala),
dikelompokan menurut nomor, dari kelompok satu sampai dengan sepuluh, seperti
sistem di Kitab Anguttara Nikaya).
e.
Kathavatthu (terdiri atas 23 bab merupakan percakapan-percakapan (katha) dan
sanggahan terhadap pandangan-pandangan salah, yang dikemukan oleh berbagai
sekte tentang hal yang berhubungan dengan theologi dan metafisika).
f.
Yamaka (dibagi menjadi 10 bab, Mula, Khandha, Ayatana, Dhatu, Sacca, Sankhara,
Anusaya, Citta, Dhamma, dan Indriya).
g.
Patthana (mengenai sebab-sebab yang berkenaan dengan 24 Paccaya(hubungan antara
batin dengan jasmani)).
Gaya
bahasa dalam Kitab Suci Abhidhamma Pitaka berbeda bersifat teknis dan analisis,
berbeda dengan gaya bahasa dalam Kitab Suci Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka yang
bersifat naratif, sederhana, dan mudah dimengerti oleh umum.
Sumber
: Buku Vijja Dhamma
Buddha Dhamma
Agama
Buddha biasanya dikenal dengan Buddha Dhamma. Seluruh ajaran Sang Buddha
Gautama dapat disarikan dalam satu kata saja, yang dalam bahasa Pali nya
disebut Dhamma atau dalam bahasa Sanskerta disebut dengan Dharma.
Bahasa
Pali adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat di kerajaan Magadha, pada
masa hidup Sang Buddha Gautama.
Dhamma
berarti "Kesunyataan Mutlak, Kebenaran Mutlak atau Hukum Abadi".
Dhamma
bukan hanya ada di dalam hati atau pikiran manusia saja, tetapi di seluruh alam
semesta.
Jika
bulan timbul dan tenggelam, hujan turun, tanaman tumbuh, musim berubah, hal ini
tidak lain disebabkan oleh Dhamma.
Dhamma
merupakan Hukum Abadi yang meliputi seluruh semesta yang membuat segala sesuatu
bergerak seperti ilmu fisika, kimia, hayat, astronomi, psikologi, dsb.
Dhamma
adalah kebenaran semesta dari segala sesuatu yang berbentuk dan yang tidak
berbentuk.
Sedangkan
sifat Dhamma adalah abadi, tidak dapat berubah atau diubah.
Dengan
demikian Buddha Dhamma adalah Dhamma yang disadari dan dibabarkan oleh Sang
Buddha Gautama.
Ada
atau tidak adanya Buddha, Hukum Abadi (Dhamma) itu akan tetap ada sepanjang
jaman.
Sang
Buddha bersabda : " O para Bhikkhu, apakah para Tathagata muncul (di
dunia) atau tidak, Dharma akan tetap ada, merupakan hukum yang abadi".
~Dhammaniyama-Sutta.
Bila
manusia ada di dalam Dhamma ia akan melepaskan dirinya dari penderitaan dan
mencapai Nibanna, akhir dari semua derita.
Hal
itu tidak dapat dicapai melalui sembahyang, mengadakan upacara-upacara atau
memohon kepada dewa.
Akhir
derita hanya dapat dicapai dengan meningkatkan kemampuan batin, dengan jalan
berbuat kebajikan, mengendalikan pikiran dan menyucikan batin, sehingga dapat
menaklukkan badai di hati serta mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang
dalam dirinya kepada semua mahluk.
Sang
Buddha bersabda "engkau sendirilah yang harus berusaha, Sang Tathagata
hanya penunjuk jalan". ~Dhammapada, 276.
Buddha
bukanlah nama yang dimonopoli oleh seseorang, tetapi sebuah sebutan atau gelar
dari suatu keadaan batin yang sempurna.
Buddha
berarti "Yang Sadar, Yang telah mencapai Penerangan Sempurna, atau Yang
telah mencapai Kebebasan Agung dengan kekuatan sendiri".
Dengan
demikian, Buddha Dhamma adalah agama yang pada hakekatnya mengajarkan
Hukum-Hukum Abadi, pelajaran tata susila yang mulia, ajaran agama yang
mengandung filsafat-filsafat mendalam yang merupakan keseluruhan yang tidak
dapat dipisah-pisahkan.
Buddha
Dhamma memberikan para penganutnya suatu pandangan Hukum Abadi, yaitu
hukum-hukum alam semesta sebagai kekuatan yang menguasai dan mengaturnya.
Hal
ini semua menunjukkan bahwa di atas hidup keduniawian yang fana ini terletak
suatu tujuan yang lebih tinggi yang menerangi serta membangun kekuatan-kekuatan
batin yang baik untuk diarahkan pada tujuan yang luhur dan suci.
Buddha
Dhamma adalah ajaran yang berlandaskan cinta kasih, tanpa mengenal dan
menggunakan kekerasan.
Sumber
: Buku Vijja Dhamma
Sejarah Singkat Buddha Gautama
Nama
kecil beliau adalah Siddharta Gautama yang artinya "Yang akan tercapai
segala cita-citanya".
Ayah
dari Siddharta Gautama adalah Raja Suddhodana dan Ibunya bernama Ratu Mayadevi
atau Mahayana.
Raja
Suddhodana memerintah di kota Kavilavasthu, ibukota dari kerajaan Sakya, di
daerah India Utara (sekarang kerajaan Nepal).
Pangeran
Siddharta dilahirkan di Taman Lumbini di bawah pohon Sala, pada waktu bulan
purnama siddhi Vesakha, kira-kira 623 SM.
Pangeran
Siddharta diramalkan oleh pertapa Asita dan Kondanna bahwa kelak ia akan
menjadi Buddha. Sedangkan, para brahmana istana meramalkan :
-
Jika Pangeran Siddharta menjadi raja, maka ia akan menjadi seorang Raja Dunia
(Cakkavatti).
-
Jika Pangeran Siddharta menjadi pertapa, maka ia akan menjadi Buddha.
Ratu
Mahayana meninggal dunia ketika Pangeran Siddharta berumur 7 hari. Kemudian
Pangeran Siddharta dirawat oleh bibinya yang bernama Pajapati (adik kandung
Ratu Mahayana) yang juga dinikahi oleh Raja Suddhodana. Dari pernikahan ini
kemudian lahir seorang putra bernama Nanda dan seorang putri bernama Rupananda.
Raja
Suddhodana mendirikan 3 buah istana untuk Pangeran Siddharta agar kelak beliau
menjadi raja besar.
Pada
usia 16 tahun, Pangeran Siddharta dinikahkan dengan putri tercantik pada waktu
itu, yang bernama Yasodhara (setelah memenangkan sayembara).
Orang
tua dari putri Yasodhara, ayahnya bernama Raja Suppabuddha dan ibunya bernama
Ratu Pamita.
Perkawinan
Pangeran Siddharta dengan putri Yasodhara memperoleh seorang putra yang bernama
Rahula, yang artinya "Belenggu".
Dalam
perjalanan keliling kota untuk pertama kalinya, Pangeran Siddharta melihat :
-
Jinna : seorang tua-renta
-
Byadhita : seorang sakit parah
-
Kalakata : orang mati (meninggal)
-
Pabbajita : seorang pertapa
Empat
peristiwa di atas yang dilihat oleh Pangeran Siddharta dikenal dengan sebutan
Deva-duta (4 pesuruh dewa).
Setelah
melihat 4 peristiwa tersebut, Pangeran Siddharta menyadari bahwa terlahir
sebagai manusia mengalami Anicca (tidak kekal), yang menimbulkan Dukkha
(penderitaan).
Kemudian,
beliau bertekad untuk membebaskan manusia dari Dukkha.
Pada
saat umur 29 tahun, beliau meninggalkan istana dan keluarganya untuk menjalani
hidup sebagai pertapa.
Beliau
bertapa di hutan Uruvela, pernah berguru kepada Alara Kalama dan Uddaka
Ramaputta, tetapi dalam waktu singkat sudah dapat menyamai kepandaian gurunya.
Selanjutnya
beliau menyadari apa yang telah ia capai tidak dapat melenyapkan Dukkha.
Dan
memulai mencari jalan sendiri, melanjutkan pertapaan yang ekstrim (menyiksa
diri) bersama kelima temannya yaitu Kondanna, Mahanama, Assaji, Bhaddiya dan
Vappa.
Namun
usaha beliau tidak berhasil dan hampir mati, seorang gembala menolongnya dengan
memberikan sedikit bubur, kemudian sadar kalau menyiksa diri bukanlah cara
untuk melenyapkan Dukkha.
Tersadarkan
dengan keadaan tersebut, beliau mengetahui hanya kesucian pikiranlah yang dapat
melenyapkan Dukkha.
Akhirnya
beliau mulai makan satu kali sehari sebelum pukul 12 siang.
Cara
hidup seperti ini disebut Majjhima Patipada, yang artinya Jalan tengah yang
menghindari dua eksrtim, hidup menyiksa diri dan hidup berfoya-foya.
Dengan
menjalani cara hidup seperti ini, kelima teman beliau meninggalkannya dan
berpendapat bahwa beliau bukanlah seorang pertapa lagi.
Sebelum
mencapai tingkat kesucian tingkat Buddha, makanan terakhir yang beliau terima
berasal dari seorang wanita yang bernama Sujata.
Pangeran
Siddharta mencapai kesucian tingkat Buddha di bawah pohon Bodhi di hutan Gaya
pada saat purnama siddhi Vesakha dalam usia 35 tahun.
Buddha
berarti yang telah sadar, telah bangun, atau telah mencapai penerangan
sempurna.
Kemampuannya
seperti :
-
Pubbenivasanussatinana : kemampuan untuk mengingat tumimbal lahir yang dahulu.
-
Dibbacakkhunana : mata batin, kemampuan untuk melihat alam-alam halus dan
sanggup melihat muncul lenyapnya mahluk-mahluk yang bertumimbal lahir sesuai
dengan kammanya masing-masing.
-
Asava kkhayanana : kemampuan memusnahkan asava (kotoran batin).
-
Cetopariyanana : kemampuan untuk membaca pikiran mahluk-mahluk lain.
-
Dibbasotanana : telinga batin, kemampuan untuk mendengar suara-suara dari alam
apaya, alam manusia, alam dewa, dan alam brahma, yang dekat maupun jauh.
-
Iddhividhanana : kekuatan magis, yang terdiri atas :
a.
Adhittana-iddhi : dengan kekuatan kehendak mengubah tubuh menjadi banyak dan
sebaliknya.
b.
Vikubbana-iddhi : kemampuan untuk menyalin rupa menjadi anak kecil, raksasa,
membuat diri menjadi tidak tertampak.
c.
Manomaya-iddhi : kemampuan untuk mencipta dengan kekuatan pikiran, seperti
menciptakan harimau, dewi, pohon dsb.
d.
Nanavipphara-iddhi : pengetahuan menembus ajaran.
e.
Samadhivipphara-iddhi : konsentrasi, lebih jauh memiliki : menembus dinding,
tanah dan gunung. Menyelam ke bumi bagai menyelam ke dalam air. Kemampuan
berjalan di atas air, melawan api, dan terbang di angkasa.
*
Asavakkhayanana disebut Lokuttara-abhinna (tenaga batin luhur), sedangkan yang
lainnya disebut Lokiya-abhina (tenaga batin duniawi).
Sang
Buddha Gautama pertama kali menyebarkan Dhamma di Taman Rusa Isipatthana kepada
5 orang pertapa yang dahulu pernah bersamanya.
Khotbah
pertama pada saat purnama siddhi Asalha (Asadha) dikenal dengan Dhammacakka
pavatthana (Pemutaran Roda Dhamma).
Setelah
mendengar khotbah tersebut, kelima pertapa mencapai tingkat kesucian dan
menjadi pengikut Buddha sebagai Bhikkhu.
Pengikut
Buddha yang pertama sebagai Upasaka adalah dua orang saudagar yang bernama
Tapussa dan Balikha.
Mereka
berdua bertemu Sang Buddha dalam perjalanan dari Uruvela menuju Isipatthana,
sebelum khotbah pertama.
Murid
pertama Sang Buddha sebagai Bhikkhu setelah kelima pertapa adalah seorang putra
hartawan dari Benares bernama Yasa.
Pengikut
wanita pertama sebagai Upasika adalah ibu dari Yasa.
Sang
Buddha menerima murid calon Bhikkhu masuk menjadi anggota Sangha dengan
mengucapkan "Ehi Bhikkhu" yang berarti "marilah Bhikkhu".
Cara ini disebut Ehi Bhikkhu Upasampada.
Calon
Bhikkhu mencukur rambutnya dengan mengucapkan Tisarana (Tiga Perlindungan).
Cara ini disebut Tisarana Gamana Upasampada. Dua cara ini sekarang sudah tidak
dipergunakan lagi untuk penerimaan anggota Sangha.
Cara
yang sekarang adalah :
-
Calon harus menjadi Samanera dahulu.
-
Setelah dinilai cukup memenuhi syarat, barulah kemudian Sangha berkumpul untuk
menentukan penerimaan anggota Sangha (cara ini disebut Natti Catutthakamma
Upasampada, yang artinya penerimaan melalui persidangan Sangha yang jumlah persamaan
Sangha ditentukan).
Syarat
menjadi Bhikkhu :
-
Seorang laki-laki, bukan orang cacat, mencapai usia 20 tahun dihitung sejak
dalam kandungan ibunya, belum pernah melakukan perbuatan jahat
(akusalagaruka-kamma) sebelumnya, belum pernah melakukan perbuatan jahat
terhadap ajaran Sang Buddha.
Murid-murid
Sang Buddha :
Y.A
Sariputta (memiliki kebijaksanaan tertinggi).
Y.A
Moggalana (memiliki kesaktian tertinggi).
Y.A
Ananda (melayani paling lama Sang Buddha, mengabdi selama 25 tahun).
Y.A
Angulimala (berasal dari seorang penjahat).
Y.A
Pajapati (murid pertama yang menjadi Bhikkhuni).
Rahula
(murid pertama yang menjadi Samanera, di usia 7 tahun).
Sang
Buddha menunjukkan kemampuan seorang Buddha sebelum memasuki kota Kavilavastu
ketika beliau akan menjumpai Raja Suddhodana.
Yang
memberikan makanan terakhir sebelum Sang Buddha Gautama wafat (parinibbana)
adalah seorang pancai besi bernama Canda.
Sang
Buddha mencapai parinibanaa di bawah pohon Sala kembar di Kusinara pada saat
purnama siddhi Vesakha tepat pada usia 80 tahun.
Tahun
Buddha dimulai perhitungannya ketika Buddha Gautama parinibbana.
Setelah
Sang Buddha mencapai parinibbana diadakannya Sanghasamaya yang pertama di
Rajagaha, untuk menghimpun ajaran Buddha Gautama, dihadiri 500 Arahat di bawah
ajaran Y.A Maha Kassapa.
Yang
mengulangi Vinaya yang telah diadakan Sang Buddha Gautama disebut Vinaya
Pittaka adalah Y.A Upali.
Yang
mengulangi Sutta yang telah dikhotbahkan oleh Sang Buddha Gautama disebut Sutta
Pittaka adalah Y.A Ananda.
Yang
mengulangi Abhidhamma yang telah dikhotbahkan Sang Buddha Gautama disebut
Abhidhamma Pitaka adalah Y.A Maha Kassapa.
Pesan
Sang Buddha Gautama sebelum Parinibbana adalah "Vayo dhamma sankhara,
sabbe sankhara anicca, apamadena sampadetha". Yang artinya semuanya tidak
kekal, berjuanglah dengan sungguh-sungguh agar mencapai kesucian.
Yang
berhasi menyelesaikan perselisihan dalam pembagian relic Sang Buddha Gautama
adalah Brahmana Dona, dan membagi relic Sang Buddha Gautama menjadi 8 bagian.
Sumber
: Buku Vijja-Dhamma
Langganan:
Postingan (Atom)