Nama
kecil beliau adalah Siddharta Gautama yang artinya "Yang akan tercapai
segala cita-citanya".
Ayah
dari Siddharta Gautama adalah Raja Suddhodana dan Ibunya bernama Ratu Mayadevi
atau Mahayana.
Raja
Suddhodana memerintah di kota Kavilavasthu, ibukota dari kerajaan Sakya, di
daerah India Utara (sekarang kerajaan Nepal).
Pangeran
Siddharta dilahirkan di Taman Lumbini di bawah pohon Sala, pada waktu bulan
purnama siddhi Vesakha, kira-kira 623 SM.
Pangeran
Siddharta diramalkan oleh pertapa Asita dan Kondanna bahwa kelak ia akan
menjadi Buddha. Sedangkan, para brahmana istana meramalkan :
-
Jika Pangeran Siddharta menjadi raja, maka ia akan menjadi seorang Raja Dunia
(Cakkavatti).
-
Jika Pangeran Siddharta menjadi pertapa, maka ia akan menjadi Buddha.
Ratu
Mahayana meninggal dunia ketika Pangeran Siddharta berumur 7 hari. Kemudian
Pangeran Siddharta dirawat oleh bibinya yang bernama Pajapati (adik kandung
Ratu Mahayana) yang juga dinikahi oleh Raja Suddhodana. Dari pernikahan ini
kemudian lahir seorang putra bernama Nanda dan seorang putri bernama Rupananda.
Raja
Suddhodana mendirikan 3 buah istana untuk Pangeran Siddharta agar kelak beliau
menjadi raja besar.
Pada
usia 16 tahun, Pangeran Siddharta dinikahkan dengan putri tercantik pada waktu
itu, yang bernama Yasodhara (setelah memenangkan sayembara).
Orang
tua dari putri Yasodhara, ayahnya bernama Raja Suppabuddha dan ibunya bernama
Ratu Pamita.
Perkawinan
Pangeran Siddharta dengan putri Yasodhara memperoleh seorang putra yang bernama
Rahula, yang artinya "Belenggu".
Dalam
perjalanan keliling kota untuk pertama kalinya, Pangeran Siddharta melihat :
-
Jinna : seorang tua-renta
-
Byadhita : seorang sakit parah
-
Kalakata : orang mati (meninggal)
-
Pabbajita : seorang pertapa
Empat
peristiwa di atas yang dilihat oleh Pangeran Siddharta dikenal dengan sebutan
Deva-duta (4 pesuruh dewa).
Setelah
melihat 4 peristiwa tersebut, Pangeran Siddharta menyadari bahwa terlahir
sebagai manusia mengalami Anicca (tidak kekal), yang menimbulkan Dukkha
(penderitaan).
Kemudian,
beliau bertekad untuk membebaskan manusia dari Dukkha.
Pada
saat umur 29 tahun, beliau meninggalkan istana dan keluarganya untuk menjalani
hidup sebagai pertapa.
Beliau
bertapa di hutan Uruvela, pernah berguru kepada Alara Kalama dan Uddaka
Ramaputta, tetapi dalam waktu singkat sudah dapat menyamai kepandaian gurunya.
Selanjutnya
beliau menyadari apa yang telah ia capai tidak dapat melenyapkan Dukkha.
Dan
memulai mencari jalan sendiri, melanjutkan pertapaan yang ekstrim (menyiksa
diri) bersama kelima temannya yaitu Kondanna, Mahanama, Assaji, Bhaddiya dan
Vappa.
Namun
usaha beliau tidak berhasil dan hampir mati, seorang gembala menolongnya dengan
memberikan sedikit bubur, kemudian sadar kalau menyiksa diri bukanlah cara
untuk melenyapkan Dukkha.
Tersadarkan
dengan keadaan tersebut, beliau mengetahui hanya kesucian pikiranlah yang dapat
melenyapkan Dukkha.
Akhirnya
beliau mulai makan satu kali sehari sebelum pukul 12 siang.
Cara
hidup seperti ini disebut Majjhima Patipada, yang artinya Jalan tengah yang
menghindari dua eksrtim, hidup menyiksa diri dan hidup berfoya-foya.
Dengan
menjalani cara hidup seperti ini, kelima teman beliau meninggalkannya dan
berpendapat bahwa beliau bukanlah seorang pertapa lagi.
Sebelum
mencapai tingkat kesucian tingkat Buddha, makanan terakhir yang beliau terima
berasal dari seorang wanita yang bernama Sujata.
Pangeran
Siddharta mencapai kesucian tingkat Buddha di bawah pohon Bodhi di hutan Gaya
pada saat purnama siddhi Vesakha dalam usia 35 tahun.
Buddha
berarti yang telah sadar, telah bangun, atau telah mencapai penerangan
sempurna.
Kemampuannya
seperti :
-
Pubbenivasanussatinana : kemampuan untuk mengingat tumimbal lahir yang dahulu.
-
Dibbacakkhunana : mata batin, kemampuan untuk melihat alam-alam halus dan
sanggup melihat muncul lenyapnya mahluk-mahluk yang bertumimbal lahir sesuai
dengan kammanya masing-masing.
-
Asava kkhayanana : kemampuan memusnahkan asava (kotoran batin).
-
Cetopariyanana : kemampuan untuk membaca pikiran mahluk-mahluk lain.
-
Dibbasotanana : telinga batin, kemampuan untuk mendengar suara-suara dari alam
apaya, alam manusia, alam dewa, dan alam brahma, yang dekat maupun jauh.
-
Iddhividhanana : kekuatan magis, yang terdiri atas :
a.
Adhittana-iddhi : dengan kekuatan kehendak mengubah tubuh menjadi banyak dan
sebaliknya.
b.
Vikubbana-iddhi : kemampuan untuk menyalin rupa menjadi anak kecil, raksasa,
membuat diri menjadi tidak tertampak.
c.
Manomaya-iddhi : kemampuan untuk mencipta dengan kekuatan pikiran, seperti
menciptakan harimau, dewi, pohon dsb.
d.
Nanavipphara-iddhi : pengetahuan menembus ajaran.
e.
Samadhivipphara-iddhi : konsentrasi, lebih jauh memiliki : menembus dinding,
tanah dan gunung. Menyelam ke bumi bagai menyelam ke dalam air. Kemampuan
berjalan di atas air, melawan api, dan terbang di angkasa.
*
Asavakkhayanana disebut Lokuttara-abhinna (tenaga batin luhur), sedangkan yang
lainnya disebut Lokiya-abhina (tenaga batin duniawi).
Sang
Buddha Gautama pertama kali menyebarkan Dhamma di Taman Rusa Isipatthana kepada
5 orang pertapa yang dahulu pernah bersamanya.
Khotbah
pertama pada saat purnama siddhi Asalha (Asadha) dikenal dengan Dhammacakka
pavatthana (Pemutaran Roda Dhamma).
Setelah
mendengar khotbah tersebut, kelima pertapa mencapai tingkat kesucian dan
menjadi pengikut Buddha sebagai Bhikkhu.
Pengikut
Buddha yang pertama sebagai Upasaka adalah dua orang saudagar yang bernama
Tapussa dan Balikha.
Mereka
berdua bertemu Sang Buddha dalam perjalanan dari Uruvela menuju Isipatthana,
sebelum khotbah pertama.
Murid
pertama Sang Buddha sebagai Bhikkhu setelah kelima pertapa adalah seorang putra
hartawan dari Benares bernama Yasa.
Pengikut
wanita pertama sebagai Upasika adalah ibu dari Yasa.
Sang
Buddha menerima murid calon Bhikkhu masuk menjadi anggota Sangha dengan
mengucapkan "Ehi Bhikkhu" yang berarti "marilah Bhikkhu".
Cara ini disebut Ehi Bhikkhu Upasampada.
Calon
Bhikkhu mencukur rambutnya dengan mengucapkan Tisarana (Tiga Perlindungan).
Cara ini disebut Tisarana Gamana Upasampada. Dua cara ini sekarang sudah tidak
dipergunakan lagi untuk penerimaan anggota Sangha.
Cara
yang sekarang adalah :
-
Calon harus menjadi Samanera dahulu.
-
Setelah dinilai cukup memenuhi syarat, barulah kemudian Sangha berkumpul untuk
menentukan penerimaan anggota Sangha (cara ini disebut Natti Catutthakamma
Upasampada, yang artinya penerimaan melalui persidangan Sangha yang jumlah persamaan
Sangha ditentukan).
Syarat
menjadi Bhikkhu :
-
Seorang laki-laki, bukan orang cacat, mencapai usia 20 tahun dihitung sejak
dalam kandungan ibunya, belum pernah melakukan perbuatan jahat
(akusalagaruka-kamma) sebelumnya, belum pernah melakukan perbuatan jahat
terhadap ajaran Sang Buddha.
Murid-murid
Sang Buddha :
Y.A
Sariputta (memiliki kebijaksanaan tertinggi).
Y.A
Moggalana (memiliki kesaktian tertinggi).
Y.A
Ananda (melayani paling lama Sang Buddha, mengabdi selama 25 tahun).
Y.A
Angulimala (berasal dari seorang penjahat).
Y.A
Pajapati (murid pertama yang menjadi Bhikkhuni).
Rahula
(murid pertama yang menjadi Samanera, di usia 7 tahun).
Sang
Buddha menunjukkan kemampuan seorang Buddha sebelum memasuki kota Kavilavastu
ketika beliau akan menjumpai Raja Suddhodana.
Yang
memberikan makanan terakhir sebelum Sang Buddha Gautama wafat (parinibbana)
adalah seorang pancai besi bernama Canda.
Sang
Buddha mencapai parinibanaa di bawah pohon Sala kembar di Kusinara pada saat
purnama siddhi Vesakha tepat pada usia 80 tahun.
Tahun
Buddha dimulai perhitungannya ketika Buddha Gautama parinibbana.
Setelah
Sang Buddha mencapai parinibbana diadakannya Sanghasamaya yang pertama di
Rajagaha, untuk menghimpun ajaran Buddha Gautama, dihadiri 500 Arahat di bawah
ajaran Y.A Maha Kassapa.
Yang
mengulangi Vinaya yang telah diadakan Sang Buddha Gautama disebut Vinaya
Pittaka adalah Y.A Upali.
Yang
mengulangi Sutta yang telah dikhotbahkan oleh Sang Buddha Gautama disebut Sutta
Pittaka adalah Y.A Ananda.
Yang
mengulangi Abhidhamma yang telah dikhotbahkan Sang Buddha Gautama disebut
Abhidhamma Pitaka adalah Y.A Maha Kassapa.
Pesan
Sang Buddha Gautama sebelum Parinibbana adalah "Vayo dhamma sankhara,
sabbe sankhara anicca, apamadena sampadetha". Yang artinya semuanya tidak
kekal, berjuanglah dengan sungguh-sungguh agar mencapai kesucian.
Yang
berhasi menyelesaikan perselisihan dalam pembagian relic Sang Buddha Gautama
adalah Brahmana Dona, dan membagi relic Sang Buddha Gautama menjadi 8 bagian.
Sumber
: Buku Vijja-Dhamma
Thankz buat informasi yang sangat berharga.
BalasHapusthanks for your info
BalasHapusVisit ya >>> buddha Gautama
ada gambarnya tk
BalasHapus